Peran Guru Pendidikan Jasmani
Terhadap Pembentukan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Dari pendapat
beberapa ahli tentang pengertian sikap dapat disajikan sebagai berikut:
Menurut G. W
Allport (Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno, 1985: 137) pengartian sikap
adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dengan alas an yang sama,
sikap terutama di gambarkan sebagai kesiapan untuk selalu menanggapi dengan
cara tertentu dan menekan implikasi perilaku.
Menurut Gordon
Allport yang dikutip oleh saifuddin Azwar sikap merupakan semacam kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Menurut
Berkowitz (Saifudding Azwar, 1988 : 4) sikap merupakan suatu respon evaluatif,
dikarenakan batasan seperti itu akan lebih mendekatkan kita kepada
operasionalisasi sikap dalam kaitannya dengan penyusunan alat ungkapannya,
pengertian sikap seperti ini menempatkan sikap sebagai aspek perilaku yang
tidak antusias.
Dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah siswa di tuntut untuk memiliki sikap
yang sportif di antaranya mau kerjasama, jujur, disiplin, taat peraturan, dan
sikap menghargai. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk menerima setiap
materi yang diberikan guru (depdiknas, 2003:1).
Berdasarkan
pengalaman penulis pada saat KKN-PPL di sebuah sekolah menengah pertama di
daerah sleman Yogyakarta. penyelenggaraan
pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan, siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran perlu adanya peningkatan motivasi supaya siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam hal ini guru
pendidikan jasmani juga dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
menerapkan model pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai sehingga dapat
mengurangi adanya anggapan siswa bahwa aktifitas olahraga hanya sebatas mencari
keringat dan hanya akan berdampak pada kelelahan tubuh saja. Dengan begitu
tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri dapat tercapai dengan baik.
Disamping itu
supaya proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak cenderung membosankan, maka
guru pendidikan jasmani harus mampu dan berani mencoba model pembelajaran
modifikasi serta permainan yang dimodifikasi. Sehingga dapat diharapkan proses
pembelajaran pendidikan jasmani berjalan tidak monoton dan tidak membosankan,
dengan demikian diharapkan siswa juga dapat mengikuti dengan penuh antusias dan
proses pembelajaran pendidikan jasmani lebih menarik untuk diikuti siswa.
Penulis
Wakhid Nur Mukhlis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar